Sahabat pembaca saklarJiwa yang dimuliakan Allah; Sebagaimana dimaklumi, ibadah itu adalah semua kegiatan yang semata-mata dilakukan hanya untuk Allah belaka. Dengan perkataan lain, bila kita melaksanakan suatu pekerjaan yang serupa dengan ibadah tetapi tanpa kesadaran tanpa diniatkan bahwa pekerjaan itu kita lakukan semata-mata hanya karena taat mematuhi perintah Allah atau Rasul-Nya (lilahi ta'ala), maka pekerjaan yang kita lakukan itu tidaklah dikategorikan sebagai pelaksanaan ibadah.
Sebagai contoh, orang yang bekerja mencari uang semata-mata karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, atau pun orang yang menuntut ilmu karena semata-mata untuk memenuhi kebutuhan profesinya, tidaklah dapat dikategorikan melaksanakan ibadah. Orang tersebut hanyalah mendapat ganjaran dunia, sedangkan ganjaran akhirat berupa pahala tidaklah diperolehnya. Jadi dengan demikian, jelaslah bahwa yang menjadi syarat agar pengabdian ata ibadah itu sah adalah niat. Mungkin itulah sebabnya Rasu lullah saw. pernah bersabda:
"Sesungguhnya ada orang yang secara lahiriah terlihat berbuat amal ahli surga, padahal ía ahli neraka. Dan ada seseorang yang secara lahiriah ia berbuat amal ahli neraka, padahal ia ahli surga". H.R. Bukhari & Muslim
Di dalam Al-Qur'an, niat mengerjakan sesuatu karena Allah dinyatakan dengan berbagai ungkapan. Ada kalanya diungkapkan dengan "menghendaki kehidupan akhirat" (antara lain pada surat Al-Hsra:19 ) atau sering juga diungkapkan dengan "menghendaki keridhaan Allah" (antara lain disebutkan pada surat Al-Lail:20, : An-Nisa:114 ).
Sedangkan Rasulullah saw. menegaskan pentingnya untuk berniat ini dengan sabdanya yang sangat terkenal:
"Sesungguhnya segala amal itu ditinjau dari niatnya, dan setiap orang akan diganjar sesuai dengan apa yang ia niatkan".