Sebagaimana telah diketahui, kekuatan manusia yang paling
dahsyat dalam mengatasi ujjan-ujian Alah adalah hati (kalbu).
Oleh karena itu kita harus pandai-pandai merawat hati agar ia
tidak menjadi rusak [ Asy-Syam (91):9-10 ). Adapun salah satu kiat
untuk menjaga hati, adalah dengan mengendalikan mata. Bila
direnungkan, mata pada hakikatnya adalah hanya alat (scanner)
yang memasukkan informasi ke dalam hati.
Informasi yang
masuk ke dalam hati ini, akan menimbulkan kesan yang berbe
da-beda. Sebagai contoh, ada seorang penderita penyakit kusta.
Bila yang difokuskan oleh mata adalah penyakitnya, maka
niscaya hati akan memunculkan kesan jijik. Tetapi bila yang
difokuskan oleh mata segi manusiawinya, maka yang akan timbul adalah rasa iba. Dikisahkan bahwa nabi lsa as. ketika berjalan dengan para muridnya, pernah menemukan bangkai seekor
anjing. Para muridnya serentak menutup hidung sambil menunjukkan rasa jijiknya. Namun nabi Isa as. tersenyum seolah-olah ia tidak melihat ada bangkai di hadapannya. Beliau berkata,
"Coba
lihat giginya, betapa putihnya!"
Inti pelajaran yang diberikan oleh nabi lsa as. itu ialah, bila mata
dapat dikendalikan hanya untuk melihat kejadian dari sudut
pandang positif saja, maka niscaya hati tidak akan memunculkan kesan negatif.
Jelaslah, bahwa sudut pandang yang kita ambil akan menentukan sikap hati. lbarat kata pepatah, "Orang yang mengusung
mayat tertawa bila bertemu dengan orang yang mengarak pengantin; sementara orang yang mengarak pengantin bersedih
bila bertemu dengan orang yang mengusung jenazah".
Kita dapat menggunakan "ilmu" nabi lsa tersebut untuk meredam
rasa iri hati yang kadang-kadang muncul secara spontan ketika
mendengar ada teman kita yang lebih sukses atau lebih kaya
dari kita. Caranya yaitu dengan tidak memandang pada pangkat
atau harta yang dimilikinya, tetapi dengan mengingat kenyataan,
bahwa soal rezeki memang dibuat Allah berbeda-beda. Hal ini
dilakukan-Nya semata-mata untuk menguji manusia. Ingatlah
pesan dari Abdullah bin Mas'ud ra., "Relakanlah hatimu dengan sesuatu yang Allah berikan untukmu, niscaya engkau
menjadi orang yang paling kaya."
"Dia meninggikan sebagian kamu
atas sebagian yang lain beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang
diberikan-Nya kepadamu".
Al-An'aam (6):165
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa
yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu
lebih banyak dari sebagian yang lain." An-Nisaa' (4):32
Dalam ayat lain, AI-Qur'an dengan sangat tegas melarang kita
melirik kesuksesan duniawi yang diperoleh orang lain. Kagumilah seseorang bukan lantaran harta atau pangkat yang dimilikinya,
tetapi karena kesucian hati (ketaqwaan) yang berhasil dibangunnya.
"Janganlah kamu tujukan kedua mata
mu kepada apa yang telah Kami berikan ke
pada golongan-golongan dari mereka, seba
gal bunga kehldupan dunia untuk Kami
cobal mereka dengannya."
Thaahaa (20):131
"Janganlah kamu sekali-kali menun
jukan pandanganmu kepada kenikmatan
hidup yang telah Kami berikan kepada bebe
rapa golongan di antara mereka (orang-orang
kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati
terhadap mereka dan beren dah dirilah kamu
terhadap orang-orang yang beriman."
Al-Hijr (15):88
Bila kebetulan kita termasuk orang yang dikaruniai banyak
harta. maka hendaklah disadari, bahwa harta itu letaknya harus
selalu di tangan, jangan biarkan ia menguasai hati. Ingatlah
bahwa harta cenderung mengajak pemiliknya untuk membangkang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya. Nabi Muhammad
saw. pun tampaknya sangat menyadari betapa beratnya beban
bila dititipi harta yang melimpah. Sikap ini tampak jelas pada
perilaku hidupnya yang terkenal sederhana. Pada salah satu
haditsnya diriwayatkan :
Rasululah saw. bersabda : "Tuhanku
telah menawarkan kepadaku untuk menjadikan lapangan di kota Mekah menjadi emas.
Aku berkata, "Jangan Engkau jadikan emas
wahai Tuhan! Tetapi cukuplah bagiku merasa
kenyang sehari, lapar sehari. Apabila aku lapar,
maka aku dapat menghadap dan mengingat
Mu, dan ketika aku kenyang aku dapat
bersyukur memuji-Mu."
HR Ahmad & Tarmidzi
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan hartamu, tetapi Allah melihat
kepada hati dan amalmu."
HR Muslim