Perilaku orang yang berilmu itu seharusnya berbeda denganperilaku orang yang tidak berilmu. Bila ada orang yangberilmu melakukan suatu perbuatan bodoh sebagaimana yangdilakukan oleh orang yang tidak berilmu, maka hal ini dapatdiibaratkan bagai seorang jawara yang di kala berkelahi lupaakan ilmu silatnya!Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita temukan jawara-jawara yang lupa akan silatnya.
Misalnya saja, kita masih bisa menemukan seorang dokter spesialis paru-paru yang merokok. Atau pun seorang ulama terkenal yang disela-sela kesibukannya dalam memberikan dakwah, masih sempat menjalankan bisnis rentenir. Bahkan sekaligus terlibat skandal yang tidak terpuji dengan seorang wanita cantik!
Kita juga masih bisa menemukan seorang polisi yang seharusnya melindungi warganya, malahan menjadikan warganya itu sebagai sapi perahannya. Terlalu banyak rasanya contoh senada yang ada di depan mata. Yang ingin dikemukakan disini adalah sama sekali bukan untuk menyebarkan gosip yang menimpa orang-orang yang berilmu, tetapi untuk merenungkan mencari sebab-sebab mengapa orang yang berilmu itu masih dapat juga terjerumus dalam perbuatan yang sama dengan perbuatan yang dilakukan oleh orang yang tidak berilmu.
Bukankah seharusnya hal ini tidak perlu terjadi?
Mungkin salah satu sebab itu ialah karena orang berilmu itu lupa bahwa dirinya adalah orang yang berilmu. Misalnya saja seorang ulama. Seharusnya seorang ulama itu menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah ulama. Dan ia pun menyadari konsekuensinya bahwa dirinya itu berbeda dengan orang awam. Artinya, bila bagi orang awam wajar saja buang air kecil beriri di pinggir jalan, tentu hal ini baginya tidak boleh dilakukan. Atau bila bagi orang awam wajar-wajar saja tertawa terbahak-bahak, maka tentunya ini tidak berlaku baginya.
Dengan demikian, seorang yang berilmu harus menyadari benar konsekuensi akibat menyandang ilmunya itu. Yaitu, perbuatan yang nampaknya wajar dilakukan oleh orang awam, menjadi tidak wajar kalau dilakukan olehnya. Mungkin salah satu cara yang dapat digunakan oleh orang berilmu untuk dapat mengendalikan diri di saat akan tergelincir, adalah dengan mengucapkan berulang-ulang di dalam hatinya motto: "We are different!"*
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ
Sangat besar dosanya di sisi Allah jika kamu mengatakan sesuatu tapi tidak kamu lakukan. (Ash-Shaff (61):3).
Seseorang dihadapkan di hari kiamat. Kemudian dilemparkan ke dalam neraka, maka keluar usus perutnya, lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan himar yang berputar di sekitar penggilingan, maka berkerumun ahli neraka padanya sambil bertanya: "Hai Fulan, mengapakah engkau, tidakkah kau dahulu menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?" Jawabnya: "Benar, aku dahulu menganjurkan kebaikan, tetapi tidak saya kerjakan, dan mencegah mungkar tetapi saya kerjakan." (HR Bukhari & Muslim).