Sahabat pembaca setia SaklarJiwa Lentera Hati yang dihidayahi Allah; Bila kita lihat fenomena alam, seringkali kita tertipu oleh pemandangan sesaat. Misalnya suatu waktu kita kagum dwngan kecantikan seorang wanita dan ingin rasanya untuk memilikinya. Tetapi akhirnya kita menyadari ternyata ia adalah wanita penghibur yang tidak layak untuk dijadikan pendamping hidup. Banyak contoh-contoh yang senada seperti itu. Begitulah mungkin sifat dasar manusia. Ia lebih mampu menangkap yang tersurat daripada yang tersirat.
Dalam menjalani ajaran agama, hal demikian tampaknya terjadi juga. Ada yang tertarik terutama mengikuti apa yang dilakukan nabinya secara lahiriah, misalnya dengan meniru cara berpakaian atau penampilannya; atau pun dengan selalu memakan makanan kesukaannya. Tetapi ada juga yang tidak mementingkan penampilan lahiriah nabinya, melainkan mereka mengikuti makna ajarannya. Dengan demikian masalahnya sekarang adalah serupa dengan masalah memilih kulit atau isi. Contoh lain menimpa Al-Qur'an. Orang akan marah besar kepada siapa pun yang berani menginjak kitab Al-Qur'an. Bahkan mungkin akan dibunuhnya! Tetapi orang ternyata dapat mentolerir bila ajaran Al-Qur'an itu "dinjak-injak"! Bukankah di sini muncul kembali masalah kulit atau isi?
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali masalah kulit atau isi ini muncul. Misalnya seorang Bapak memukul anaknya menggunakan kopel rim dengan tujuan agar anaknya jera melakukan perbuatan yang tercela. Tetapi ternyata anaknya setelah dewasa justru mempunyai sifat ringan tangan. Barangsiapa yang tidak mau menuruti kemauannya pasti akan merasakan betapa keras tinjunya. Secara ilmu psikologi, ternyata sifat demikian merupakan 'hasil' cara mendidik sang ayah dulu! Lantas dapatkah kita menyalahkan ayahnya? Bukankah tujuan ayahnya ketika menghajar anaknya dahulu agar anaknya itu menjadi anak yang baik? Di sini kembali kita menemukan masalah kulit atau isi.
Bila kita ambil kulit', berarti sang ayah bersalah, kenapa dia memukul anaknya dengan kopel rim. Tetapi bila kita ambil 'isi', berarti sang ayah tidak bersalah, karena tujuannya baik. Hanya karena kurang ilmu saja ia bertindak demikian. Seandainya sang ayah tahu bahwa akhirnya akan seperti itu, niscaya ia tidak mau me-mukul keras-keras anaknya. Masalahnya bagi kita adalah mampu atau tidak kita selalu konsisten dengan pilihan kita, kulit atau isi! masalah kulit atau isi?
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Al Kahfi (18) ayat 7.
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Al Hadid (57) ayat 20.
وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. Al Ankabut (29) ayat 64.
Semoga hasanah singkat diatas dapat mengantarkan kita pada pilihan yang tepat. Sehingga tidak terperangkap dalam anggapan atau prasangka yang salah.