Seorang ahli hikmah bertutur, bahwa manusia terkadang sangat pintar sehingga mampu memecahkan rahasia alam yang rumit-rumit, tetapi terkadang manusia terjerembab pada keadaan yang teramat bodoh. Coba pikir, semua manusia meyakini bahwa dirinya pasti akan mengalami mati. Dan semua manusia dewasa pasti juga sudah pernah melihat orang yang menemui ajalnya. Ia telah melihat temannya berguguran satu demi satu, bahkan ia turut memandikannya, menkafaninya dan mengantarkannya ke kuburan, namun sementara itu ia tetap saja bersenda gurau menikmati dengan rakusnya kelezatan dunia tanpa berusaha keras untuk mengumpulkan bekal akhirat.
Bukankah sebenarnya semua manusia sekarang ini sedang mengantri gilirannya untuk kembali ke alam asalnya semula?
Sapi pun demikian. Meskipun tempat penjagalan hanya berjarak beberapa meter darinya, ia tetap saja memakan rumputan segar dengan lahapnya. Kalau saja sapi itu mau berpikir, tentu ia akan menyadari bahwa gilirannya dijagal mungkin tinggal beberapa menit lagi, dan tentunya ia akan berupaya dengan sekuat tenaga untuk melarikan diri dari tempat itu, atau setidak-tidaknya tentulah nafsu makannya akan hilang! *
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakanmati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Ali-'Imran (3):185.
Sahabat SaklarJiwa yang beriman; hasanah singkat di atas memberikan pesan bahwa, kita tidak boleh terlena oleh materi dunia, tidak boleh tertipu oleh perasaan yang dirasakan bahwa hidup masih lama, sehingga lupa menyiapkan perbekalan untuk akhirat, ingat kita dalam antrian mati. Sekali kali dunia yang kita kumpulkan tidak akan memiliki dayaguna apa apa di alam selanjutnya kecuali dunia itu kita kembalikan kepada pemberinya dengan mentasyaruhkannya fiy sabilillah guna mengharap rahmat-Nya.