Kegagalan menghadapi ujian Allah, seringkali terjadi karena
kelengahan hati, yaitu tidak menyadari bahwa masalah yang
sedang dihadapi itu sebenarnya adalah merupakan ujian-Nya. Perhatikanlah ilustrasi berikut :
Bila hati diibaratkan sebuah benteng, dan ujian Allah diibaratkan sebagai musuh yang
akan menguasai benteng, maka musuh akan dengan mudahnya
masuk ke dalam benteng bila pertahanan benteng itu lemah.
Atau bila di dalam benteng sedang ada 'kericuhan,' maka musuh pun tanpa kesulitan yang berarti akan dapat menguasainya.
Tetapi bila benteng itu selalu dalam kondisi siaga untuk
bertempur, maka musuh pun akan kesulitan untuk menaklukannya.
Dengan demikian, bila kita selalu mengantisipasi datangnya
ujian Allah, yaitu dengan cara selalu mengisi hati dengan
keuakinan-keyakinan ketuhanan, maka insya Allah kita akan
dapat selalu lulus dari ujian-ujian-Nya. Sejalan dengan ini,
seorang ahli hikmah mengibaratkan kehidupan dunia seperti
mencari madu lebah.
Pawang yang pintar akan dengan mudah
mengambil madu lebah tanpa terkena sengatannya, sementara
yang bukan pawang, hanyalah mendapat sengatannya. [ujian-ujian Allah itu jawabannya telah tersedia dalam AlQur'an dan
Hadits. Oleh karena itu, supaya kita dapat selalu lulus dari
ujian-Nya, maka tidak ada jalan ain selain daripada
memahami A-Qur'an dan Hadits dengan baik].