Allah menciptakan surga dan neraka, yang kelak akan diisi oleh manusia. Di mana nanti kita berada di surga atau neraka akan ditentukan melalui proses kompetisi yang panjang selama hidup di dunia, yaitu kompetisi dalam mengumpulkan pahala. Kompetisi ini berakhir pada waktu kita mati, karena tidak ada kesempatan pengumpulan pahala lagi setelah kita mati.
Sesungguhnya Kami telah menja dikan apa yang ada di bumi sebagai per hiasan bagi manusia, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatan nya. Al-Kahfi (18):7
Seseorang yang berhasil mengumpulkan pahala yang banyak tempatnya kelak adalah di surga. Sedangkan bagi yang lalai. tidak diragukan lagi, ia akan berada di tempat sebaliknya, yaitu neraka. Jadi, surga adalah merupakan puncak hadiah yang akan diraih oleh manusia. Dan untuk mendapatkan hadiah puncak ini. tentu saja tidaklah mudah. Diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh, karena Allah akan terus menerus menguji keuletan kita dalam mematuhi "aturan main" yang dibuat- Nya.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan : "kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?." A-Ankabuut (29):2 12
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. A-Anbiya' (21):35
Rasulullah saw. pun memperingatkan kita
"Dunia itu adalah nerakanya orang mukmin dan surganya orang kafir. Surga itu dikelilingi oleh hal- hal yang tídak disukai, dan neraka itu dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan (nafsu)."
Bentuk ujjan Allah bermacam-macam. Hal ini adalah wajar, mengingat hadiahnya pun luar biasa, yaitu hidup abadi dalam kebahagiaan di surga. Ujian terberat bagi kebanyakan orang, umumnya adalah yang berkaitan dengan harta atau pangkat. Harta atau pangkat dapat dengan mudah membuat manusia terbius, terlupa akan tujuan hidupnya di dunia. Harta yang seharusnya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan ketaatan pada aturan main-Nya, terbuai justru digunakan untuk melanggar 'aturan main' itu (!). Dalam hal ini sayidina Ali r.a. berwasiat, "Hati-hatilah terhadap hartamu, karena ia dapat menjadi bahan utama pelampiasan hawa nafsu". ("ya Aah, jadikanlah dunia di tangan kami dan jangan Engkau jadikan dunia di hati kami").
Dan ketahullah, bahwa hartamu dan anak-anak kamu Itu hanyalah sebagal cobaan Al Anfaal (8):28
Dan Kami coba mereka dengan nilkmat yang balk-baik dan bencana yang buruk-buruk. A-A'raaf (7): 168
Untuk dapat mengatasi berbagai macam ujian Allah ini, kita harus mempunyai bekal motivasi yang kuat. Karena hanya dengan motivasi yang kuat, akan tercipta semangat yang hebat. Dan dengan semangat yang hebat, segala godaan yang berasal dari nafsu / setan yang gila pun akan dapat ditaklukkan.
Ayat-ayat berikut ini dapat dijadikan sebagai bekal untuk motivasi :
Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka jahanam. la tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Thaha (20):74
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau Muhammad (47):36
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur. At-Takaatsur (102):1,2
Maka janganlah harta benda dan anak- anak, mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. At-Taubah (9):55
Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. ... Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Al Hadid (57):20
Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. A-Ankabuut (29):64
Memang, bila dilihat hanya dari permukaan, dunia ini sangat indah dan mempesona, sehingga tidak heran banyak orang yang tergiur dan terpedaya olehnya. Padahal kalau orang mau menyelam melihat hakikat yang sebenarnya, maka akan nampaklah dunia itu tidak lain hanyalah tipuan kosong belaka. Betapa hari ini dibuatnya kita tertawa terpingkal-pingkal, dan esok hari dibuatnya kita menangis tersedu-sedu.
Seorang ahli hikmah berkata, "Barangsiapa yang menyaksikan dunia dengan menggunakan mata batinnya, niscaya ia tidak akan rela menggunakan sebagian besar waktu dan tenaganya hanya semata-mata untuk merengkuh dunia ke dalam gengga- mannya."
Kita harus segera menyadari, dunia hanyalah batu loncatan bagi manusia untuk mencapai akhirat. Dunia bukanlah tempat yang diciptakan Allah untuk kita tinggali selamanya, tetapi dunia hanyalah sekedar tempat persinggahan sementara dalam perjalanan kita menuju kampung halaman yang telah disediakan Allah, yaitu akhirat. Bersikap prihatin dalam suatu perjalanan tentunya sangat bijaksana. Bukankah bagi seorang pengembara itu kenikmatan adanya di akhir perjalanan? Ingatlah selalu pesan Nabi kita:
"Akan datang kepada umatku suatu zaman, đimana mereka cinta kepada lima perkara dan lupa kepada lima perkara yang lain. yaitu cinta kepada dunia, hupa kepada akhirat; cinta kepada harta, lupa kepada perhitungan; cinta kepada makhluk, lupa kepada Kholiq; cinta kepada dosa, lupa kepada taubat; dan cinta kepada mahligai lupa kepada kuburan".
Menurut Imam Ghazaliy, kelak semua manusia akan melintasi jembatan yang di bawahnya terdapat neraka. Jembatan ini dikenal dengan sebutan shirathal-mustaqim. Kelak bakal ada yang melewatinya secepat kilat, ada juga yang berlalu seperti angin atau sekencang larinya kuda, dan ada pula yang secepat terbangnya burung. Namun di samping itu, ada juga yang berjalan biasa, atau yang merangkak hingga hangus menjadi arang. Bahkan ada yang tersandung sehingga terjatuh ke dalam neraka. Perbedaan cara ini dikarenakan perbedaan sikap hidup selama dunia, yaitu apakah selalu taat, atau sering membangkang pada aturan main-Nya. Shirathal-mustaqim bukanlah jembatan seperti di dunia yang dapat ditempuh dengan kekuatan fisik atau kaki atau pakai motor atau kreta cepat. tetapi jembatan ini hanya dapat diseberangi dengan kekuatan hati. Hati yang selalu membangkang ibarat sepasang kaki yang lumpuh (pincang), sedarngkan hati yang selalu taat pada aturan main-Nya ibarat sepasang kaki seorang pelari ulung.
Semoga menyentuh jiwa yang tidur lalu tersadar.