Download Aplikasi SantriLampung.
You may want to read this post:
You may want to read this post:

Cara Tafakkur



Sahabat, seorang ulama besar bernama Hasan Al-Basyri pernah berkata: Tafakur itu seperti cermin yang dapat menunjukkan kebaikanmu dan kejelekanmu. Dengan cermin itu pula manusia dapat melihat keagungan dan kebesaran Allah Yang Maha Tinggi. Disamping itu, dengan cermin itu pula manusia dapat melihat tanda-tanda yang diberikan Allah, baik yang jelas maupun yang samar, sehingga akhirnya ia dapat berlaku lurus di dalam pengabdian kepada Allah. 



Walaupun keutamaan bertafakur sudah demikian jelasnya, dan ancaman bagi yang tidak mau melakukannya sudah amat tegasnya, tetapi mengapa sedikit sekali orang yang mau bertafakur? 


Hal ini penyebabnya tidak lain karena mereka membiarkan pikiran dan hatinya dibelenggu oleh kentalnya masalah keduniawian. Ketika hati seseorang dipenuhi oleh khayalan, impian-impian mustahil, senda gurau yang tidak berguna serta pengetahuan yang tidak bermanfaat, maka hidayah akan menjauh darinya. Dengan demikian, selama orang tidak mau memangkas hal-hal yang dapat merusak keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dihatinya, maka selama itu pula ia akan lalai untuk bertafakur. Itulah mungkin sebabnya Lugman Al-Hakim memberikan nasihat kepada anaknya, "Janganlah engkau memasuki dunia yang dapat membahayakan akhiratmu!" 



Menonton film serial di televisi boleh jadi masuk dalam kategori yang harus dihindarkan bila ternyata yang disajikan dalam film itu merasuk jauh ke dalam hati / pikiran. Begitu juga mendengarkan musik yang membuat hati menjadi terlena harus ditinggalkan. Karena secara tidak disadari ini akan mengubur potensi hati untuk bertafakur. 



Bagaimana dan Apa yang harus ditafakuri?


Sesungguhnya buah dari tafakur adalah keyakinan-keyakinan ilahiyyah yang akan memudahkan kita dalam pengendalian diri agar dapat selalu taat pada keinginan Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu banyak obyek yang dapat ditafakuri, antara lain: 



{1}  Bertafakur mengenai tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah; akan lahir darinya rasa tawadhu (rendah hati) dan rasa takzim akan keagungan Allah, 


{2}  Bertafakur mengenai kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah berikan; akan lahir darinya rasa cinta dan syukur kepada Allah, 


{3}  Bertafakur tentang janji-janji Allah; akan lahir darinya rasa cinta kepada akhirat, 


{4}  Bertafakur tentang ancaman Allah; akan lahir darinya rasa takut kepada Allah, 


{5}  Bertafakur tentang sejauh mana ketaatan kita kepada Allah sementara Allah selalu mencurahkan karunianya kepada kita, dari tafakur ini  akan lahir darinya kegairahan atau semangat dalam beribadah.
Alumni Universitas Islam Negeri Lampung.
You may want to read this post:
You may want to read this post: