Niat yang tulus dalam beribadah diperlukan jika seseorang hanya ingin melihat dan menyenangkan Allah Ta'ala. Niat yang lurus juga menjadi alasan diterimanya amalan seseorang di hadapan Allah, selain syarat-syarat lain yang menjadi syariat, sebagaimana dicontohkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
Seseorang yang dikatakan beramal dengan ikhlas tidak bersekutu dengan Allah jika ia berniat dan tidak mau melakukannya berdasarkan pendapat seseorang, baik karena ingin dipuji atau takut dikritik.
Itu adalah penyakit manusia yang disebut kemunafikan, di mana semua perbuatan baik yang dilakukannya hanya bertujuan untuk mendapatkan pujian dari orang-orang. Dengan demikian, amalan yang dilakukan tidak berasal dari Allah, sehingga amalan yang dilakukan menjadi sia-sia karena tidak berpahala sama sekali. Salah satu sahabat Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam yang juga menantunya yaitu Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu memberikan informasi tentang gejala seseorang saat terjangkit penyakit Riya.
“Ada empat tanda orang yang Riya dalam bersedekah, yaitu:
(1) malas beramal saat sendirian,
(2) rajin bersedekah saat banyak orang,
(3) lebih rajin bersedekah ketika dipuji,
(4) malas beramal jika dikoreksi.”
Teks singkat ini semoga bisa mengantarkan kita untuk lebih berhati-hati dalam beramal, terutama dalam ibadah, agar tidak mubazir. Dan kita semua yang membaca ini bisa terhindar dari sifat menyombongkan diri, amin.