Peristiwa setelah hari kiamat dalam hadist diistilahkan dengan ‘haul al-mauqif’ atau peristiwa besar yang sangat memberatkan karena Allah murka yang tak pernah murka seperti saat kejadian ini, dan makhluk tak lagi menghiraukan siapapun kecuali dirinya sendiri.
Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya”
(Abasa: 34-37).
Saat itulah seluruh makhluk membutuhkan syafaat, pertolongan, yang hanya diizinkan oleh Allah pertama kali kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (syafa’at al-‘udzmaa).
Perjalanan Mencari Syafaat
Telah diriwayatkan dalam hadis-hadis sahih, bahwa umat manusia yang terlantar di alam mahsyar berinisiatif untuk memintan syafaat, pertolongan, yang pertama adalah kepada Nabi Adam alaihissalam. Nabi Adam tidak dapat memberi pertolongan karena pernah melakukan sebuah kesalahan (memakan buah khuldi).
Nabi Adam menyuruh umat manusia kepada Nabi Nuh Alaihissalam. Nabi Nuh juga tidak dapat menolong karena pernah melakukan kesalahan (mendoakan badai dan topan). Nabi Nuh menyuruh manusia untuk meminta syafaat kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam
Nabi Ibrahim pun tak dapat memberi syafaat lantaran ia mengaku pernah berbohong, yaitu ketika beliau diajak oleh kaumnya untuk menyembah selain Allah, beliau berkata: “Sesungguhnya aku sakit” (QS ash-Shaffat: 89). Nabi Ibrahim kemudian menyuruh manusia mendatangi Nabi Musa Alaihissalam.
Ketika dimintai pertolongan, Nabi Musa juga tak dapat menolong mereka dan mengaku pernah berbuat salah (yaitu memukul orang yang menyebabkan kematian). Nabi Musa juga menyuruh manusia untuk meminta pertolongan kepada Nabi Isa, Alaihissalam. Namun Nabi Isa juga tak bisa membantu mereka seperti para Nabi-Nabi sebelumnya.
Akhirnya Nabi Isa memerintahkan mereka meminta syafaat kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, seorang Nabi terakhir yang telah diampuni dosa-dosanya.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Kemudian saya bersujud di bawah ‘Arsy, dan Allah berfirman yang artinya: “Bangunlah Muhammad. Mintalah, maka akan dikabulkan. Mintalah syafaat, maka syafaatmu diterima” (HR al-Bukhari No 6565)
Di hari kiamat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjadi tumpuan terakhir permintaan syafaat dari umat manusia. Hal ini sesuai dengan pengakuan beliau: “Saya adalah pemuka (sayyid) anak-anak Adam di hari kiamat. Saya adalah orang yang pertama kali memberi syafaat dan orang yang pertama kali diterima syafaatnya” (HR Muslim No 6079)
Diberi 2 Pilihan, Rasulullah Memilih Syafaat
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya: “Allah memberi pilihan kepada saya, antara (jaminan) memasukkan separuh umatku ke surga dan syafaat. Maka saya memilih syafaat” (HR Ahmad).
Mengapa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memilih syafaat? Dijelaskan dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda: “Saya mengharap syafaat tersebut bisa menyeluruh bagi umat saya” (HR Thabrani).
Para ulama menjelaskan bahwa jika seandainya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memilih yang pertama, yaitu jaminan separuh umat masuk ke surga, maka yang berhak mendapat syafaat beliau hanyalah orang-orang pilihan saja yang bertakwa dan menyisihkan umat Rasulullah Saw yang berbuat dosa.
Dengan syafaat tersebut justru Rasulullah hendak memperluas jangkauan syafaat beliau, tidak hanya bagi orang-orang yang taat, bahkkan bagi umat beliau yang berbuat dosa sekalipun. Inilah diantara sifat kasih sayang Rasulullah kepada umatnya.
Kiat Meraih Syafaat
– Iman Secara Ikhlas
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Orang yang paling beruntung dengan syafaat saya di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan La ilaaha illa Allah, secara ikhlas dari hatinya” (HR al-Bukhari)
– Membaca Al-Quran
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Bacalah al-Quran, sebab al-Quran akan datang kepadanya sebagai pemberi pertolongan” (HR Muslim)
– Menjawab Adzan dan Berdoa
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berdoa setelah mendengar adzan: “Ya Allah, pemilik seruan yang sempurna ini dan salat yang akan didirikan. Berikanlah kepada Muhammad kedudukan ‘wasilah’ dan keutamaan dan tempatka ia di tempat terpuji”, maka ia akan mendapat syafaatku” (HR al-Bukhari)
– Salat Janazah
Rasulullah bersabda: “Tidak ada orang yang meninggal yang disalati oleh segolongan muslimin yang mencapa 100 orang, kesemuanya memberi syafaat kepadanya, kecuali mereka akan mendapatkan syafaat” (HR Muslim)
– Ziarah ke Makam Rasulullah
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa berziarah ke kuburku maka dia akan mendapatkan syafaatku” (HR Thabrani)
– Memperbanyak Salawat
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Inna aula an-naasi bii yauma al-qiyaamati aktsaruhum alayya shalatan”. artinya: “Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan (syafaat atau kedudukan) saya, adalah yang paling banyak salawatnya kepada saya” (HR Turmudzi dan Ibnu Hibban)
Maka apa yang telah dilakukan oleh umat Islam dalam bersalawat,adalah sebagai investasi akhirat, menabung dan mencicil target pencapaian bacaan salawat terbanyak.
Siapa Saja Yang berhak Memberi Syafaat?
Allah berfirman yang artinya: ”Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya” (Al-Baqarah: 255).
Sesuai ayat ini, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah salah satu yang diberi izin oleh Allah untuk memberi syafaat pertama kalinya. Namun bukan hanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, tetapi ada juga selain beliau, diantaranya:
– Para malaikat,
berdasarkan firman Allah yang artinya: “Dan mereka (malaikat) tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah” (al-Anbiya’: 28)
– Para Nabi, sebagaimana hadis riwayat al-Baihaqi
– Para Syuhada dan Shiddiqiin, sebagaimana hadis riwayat al-Baihaqi
– Orang-orang shaleh yang beriman, sebagaimana dalam riwayat Muslim, dan
– Para penghafal al-Quran yang dapat memberi syafaat untuk keluarganya, sebagaimana dalam riwayat Turmudzi
Tidak Dapat Mendapat Syafaat
Kendati Rasulullah menyatakan dalam hadis-hadis sahih bahwa syafaat beliau juga dapat diberikan kepada para umatnya yang pernah melakukan dosa besar, akan tetapi secara khusus Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menegaskan golongan umatnya yang tidak mendapat syafaat beliau: ““Ada dua golongan dari umatku yang tidak akan mendapatkan syafaatku, yaitu pemimpin yang sangat dzalim dan setiap orang yang melakukan pencurian terhadap harta rampasan perang yang menjadi hak masyarakat luas (koruptor)” (HR Thabrani)
Golongan lainnya adalah orang-orang yang menyekutukan Allah, menyembah selain Allah. Hal ini dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ketika beliau bersujud di bawah ‘Arsy Allah sebanyak 4 kali, akhirnya Allah mengeluarkan semua umat Muhammad dari neraka, kecuali mereka yang musyrik tersebut (HR al-Bukhari No 6565).
Dan Allah Subhanahu wata'ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (an-Nisaa’: 48)
Oleh : Kholil Khoirul Muluk, S.H.I., S.Kom.