Download Aplikasi SantriLampung.

You may want to read this post:

Luasnya Ampunan Allah

Allah Berfirman ; 

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah, ‘Hai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar: 53).

Rahmat Allah merupakan rahmat yang sangat luas, mencakup seluruh kemaksiatan –selain syirik– apa pun bentuk kemaksiatan tersebut, dan ayat ini adalah ajakan untuk kembali, ajakan kepada para pelaku dosa yang melampaui batas dan lepas kendali, yang terjerumus di belantara kesesatan. Ajakan kepada mereka agar percaya, berharap dan meyakini ampunan Allah, sesungguhnya Allah Maha mengasihi hamba-hambaNya.

Tidak ada batas penghalang antara seorang hamba yang telah melampaui batas, yang telah terjun ke dalam lembah dosa, yang telah berlari dari tanah perlindungan, yang telah menyimpang dari jalan yang lurus, tidak ada batas penghalang antara dia dengan rahmat yang indah lagi luas dengan naungannya yang lembut lagi rindang, tidak ada antara dia dengan semua itu kecuali taubat, ya hanya taubat, kembali kepada pintu yang selalu terbuka lebar tanpa seorang pun penjaga yang menghalang-halangi, siapa pun yang hendak memasukinya tidak perlu meminta izin.

“Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya.” (Az-Zumar: 54-55).

Pulang dan berserah diri, kembali ke naungan ketaatan dan bayang-bayang penyerahan diri. Inilah inti permasalahannya, tanpa ritual protokoler, tanpa aturan instruktural, tanpa dinding penghalang, tanpa makelar dan tanpa pemberi syafa’at. Siapa pun para pembelot yang ingin kembali, maka hendaknya dia kembali. Siapa pun orang-orang yang tersesat yang ingin pulang, maka hendaknya dia pulang, dan siapa pun para pelaku dosa yang ingin datang berserah diri, maka hendaknya dia datang berserah diri. Hendaknya dia datang dan masuk, pintu terbuka, bayangan yang rindang, tempat yang teduh, ketenteraman dan ketenangan, semua itu ada di balik pintu, tanpa penjaga dan pengawas yang menghalangi. Marilah, marilah wahai anak manusia, hamparkanlah tikar kesedihan di atas abu penyesalan. Marilah, datang ke depan pintu Penolongmu, ketuklah pintuNya dengan hatimu bukan dengan kukumu, karena pintu para raja tidak diketuk dengan kuku. Panggillah dengan seruan hatimu dan tetesan air matamu, “Orang yang pergi telah pulang.” Bangunlah di tengah malam dengan lidah kerendahan hati, katakanlah,

“Hai al-Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan.” (Yusuf: 88).

Ayolah … ayo, sebelum hilangnya kesempatan,

“Sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (Az-Zumar: 54).

Di sana tidak ada penolong. Ayolah, karena nafas bisa saja keluar lalu tidak kembali, mata bisa berkedip dan tidak berkedip lagi kecuali di hadapan Rabbnya. Ayolah, sebelum penyesalan itu datang karena terbuangnya peluang, karena kelalaian menunaikan hak Allah dan karena meremehkan janji siksa Allah,

“Supaya jangan ada orang yang mengatakan, ‘Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah )’.” (Az-Zumar: 56).

Kesempatan itu terbuka lebar. Sarana-sarana hidayah senantiasa hadir, dan pintu taubat selalu terbuka.

Pintu-pintu manusia tertutup, sementara pintuNya selalu terbuka bagi yang memanggilNya.

Jika Kiamat tiba,

“Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab ‘Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik’.” (Az-Zumar: 58).

Ini merupakan angan-angan pada Hari Kiamat yang tidak akan tercapai… tidak ada pengembalian dan pemulangan, hanyalah air mata darah setelah air mata hilang.

“Sesungguhnya penghuni neraka benar-benar akan menangis, yang seandainya perahu-perahu dilayarkan di air mata mereka, niscaya perahu-perahu itu berlayar dan sesungguhnya mereka benar-benar menangis (meneteskan air mata) darah.” (HR. Al Hakim)

Bagianmu darinya hanyalah kenangan dan penyesalan

Kamu bertanya tentang orang-orang yang pergi, kemana mereka melangkah?

Ia hanyalah satu kesempatan, jika ia berlalu maka tidak akan kembali lagi, kamu akan ditanya tentangnya disertai hujan celaan dan hinaan,

“Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zhalim.” (Hud: 18).

“(Bukan demikian) sebenarya telah datang keterangan-keteranganKu kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri, dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir.” (Az-Zumar: 59).

Saudaraku, dosa itu tidak menjaga kehormatan bagi pemilik kemuliaan.

Dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan secara marfu’,

“Hajar Aswad turun dari surga dalam keadaan lebih putih daripada susu, kemudian kesalahan-kesalahan Bani Adam membuatnya menjadi hitam.”

Wahai teman, kesalahan-kesalahan menghitamkan batu yang turun dari surga, sementara Anda dari tanah, dari bumi, maka bandingkanlah dengan dirimu, kesalahan-kesalahan menghitamkannya, padahal ia adalah batu keras, bukankah hati lebih layak untuk terpengaruh jika ia durhaka dan teguh di atas kedurhakaan, karena ia dari daging dan darah?

Apakah Anda tidak membaca Firman Allah tentang awal kesalahan,

 “Bila mereka ditimpa was-was.” (Al-A’raf: 201). Di pertengahan kesalahan,

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Al-Muthaffifin: 14) dan di akhir kesalahan,

“Ataukah hati mereka terkunci ?” (Muhammad: 24).

Apakah Anda menangis atas dosa-dosa Anda, sementara kontinuitas Anda di atas dosa menertawakan Anda? Apakah Anda mencoba mengelabui dengan bertaubat? Kalau demikian, maka Anda telah berbuat makar dengan agama Anda.

Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli –seorang ulama besar, luas ilmunya, kuat ittiba’nya, bersih diri dan agamanya, imam di bidang jarh dan ta’dil– berkata, “Seorang laki-laki datang kepada seorang ulama, dia berkata, ‘Ajarilah aku dan persingkatlah.’ Ulama tersebut menjawab, ‘Sungguh aku akan mempersingkat untukmu. Allah mewahyukan kepada salah seorang NabiNya, ‘Katakanlah kepada kaummu, ‘Seandainya kemaksiatan itu ada di salah satu rumah surga, niscaya akan menghancurkannya’.”


Santri Lampung
Sαƙʅαɾ Jιɯα - ⓢⓤⓑⓐⓡⓓⓘ.ⓒⓞⓜ Developed by Jago Desain