Download Aplikasi SantriLampung.
You may want to read this post:
You may want to read this post:

Musuh Manusia Nomor 1



Sahabat SaklarJiwa yang bertaqwa di manapun berada; Telinga kita sudah amat akrab dengan sebutan jin, iblis atau pun setan. Tetapi tahukah  dimana letak perbedaannya? 


Hal ini penting untuk diketahui, karena Allah dalam Al Qur'an telah jelas-jelas menegaskan bahwa setan itu adalah musuh nyata bagi manusia yang harus senantiasa dijadikan musuh (Lihat : Faathir:6, Al-Baqarah:168,208, dan Yusuf:5). 



Kita jelas tidak mungkin dapat sukses mengalahkan setan bila kita tidak mengetahui keberadaan dan kemampuan musuh kita itu. Pemahaman mengenai apa dan siapa setan itu, tidak dapat lepas dari makhluk Tuhan yang disebut iblis. Al-Qur'an menjelaskan, iblis itu adalah makhluk Tuhan yang kafir dari golongan jin yang membangkang pada Tuhan (Lihat : Al-Kahfi:50, Al-Baqarah:34). 


Ia telah bersumpah akan menyesatkan turunan Adam sampai hari kiamat nanti. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus". (Al-A'raaf (7):16). Iblis menjawab:"Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya." (Shaad (38):82). Pelaksanaan niat iblis inilah yang disebut dengan setan. Jadi dengan demikian, setan itu adalah segala sesuatu yang tersitat menghasut manusia agar membangkang pada aturan main Tuhan [An-Nuur (24):21]. Dan setan ini, dapat berupa bangsa jin atau pun bangsa manusia. Lihatlah penjelasannya dalam AI-Qur'an antara lain pada surat : Al-An'aam (6):112, An-Naas (114):4-5, Al-Baqarah (2):14. Dengan demikian, setan dapat diartikan sebagai provokator bangsa jin dan manusia yang menghasut agar manusia membangkang pada perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya. 




Dari sini kiranya dapat dipahami, nafsu yang ada di dalam diri manusia bila ia menghasut agar membangkang pada kehendak Allah maka ini juga dapat diartikan sebagai setan. Keberadaan syetan dalam diri manusia ini ditegaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadits yang dirawikan oleh lbnu Jauzy & lbnu Abdurrahman Salmi berikut: 


"Tak seorang pun di antara kíta yang tidak disertai setan, aku sendiri pun demikian tetapi sesungguhnya Allah telah menolongku menghadapi setanku itu sehingga dia aku kalahkan."



Kemampuan / kekuasaan setan terhadap manusia jelaslah hanya sebatas menghasut saja. Setan tidak punya kemampuan untuk memaksa manusia supaya menuruti apa yang dibisikkannya. la benar-benar hanya sebagai provokator saja yang hanya bisa sekedar menghimbau, selanjutnya terserah manusia itu sendiri, apakah mau mengikuti himbauan / bisikannya itu, atau menolaknya. 


Manusia benar-benar makhluk yang merdeka dalam menentukan pilihannya. sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. (An-Nuur (24):21) Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri." (Ibrahim (14):22) 


(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia, "Kafirlah kamu." Maka tatkala manusia manusia itu telah kafir setan berkata, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah." (Al-Hasyr (59):16) 



Dan katakanlah :"Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (Al-Mu'minun (23):97, 98) 



Dengan demikian, kita tidak bisa lagi menimpakan kesalahan kepada setan bila ada orang yang ngantuk pada waktu mengaji. atau pun enggan mengikuti pengajian. Begitu juga, kita tidak dapat mengalihkan tanggung jawab kepada setan bila ada seorang anak membunuh orang tuanya. Ini semua adalah kesalahan manusia itu sendiri mengapa ia rela mengikuti himbauan Setan. Bukankah manusia adalah makhluk yang merdeka untuk memilih? Bila kita menyadari benar apa yang dapat dilakukan setan kepada kita, serta bagaimana cara-caranya dalam menyesatkan manusia, maka kita dapat selalu memasang kuda-kuda untuk mengantisipasi serangannya. Dan dengan keyakinan yang kuat bahwa manusia memang selalu digoda oleh setan, maka insya Allah kita akan mampu mengatasi godaan tersebut. 



Ingatlah kisah nabi Yusuf yang digoda oleh setan yang berwujud istri pembesar Mesir (Zulaikha): "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku." (Yusuf (12):33) Tentunya sikap yang ditunjukkan oleh nabi Yusuf itu bukan lantaran ia tidak berminat dengan kecantikan yang dimiliki Zulaikha. Tetapi penolakan itu karena nabi Yusuf sadar benar adanya himbauan dari setan agar ia melanggar aturan main-Nya. 



Setan dari bangsa jin terutama sekali menyesatkan manusia lewat perbuatan syirik. Inilah sebenarnya perbuatan yang paling digemari setan. Karena, inilah satu-satunya perbuatan dosa yang dilakukan anak Adam yang tidak akan diampuni oleh Allah.



Mungkin salah satu kiat untuk menghadapi setan baik itu setan yang berasal dari bangsa manusia atau jin, maupun setan yang merupakan penjelmaan nafsu jelek yang ada dalam diri adalah dengan menyadari dan menerapkan hukum universal yang sangat sederhana, yaitu : "bila kita berpihak pada sesuatu, maka pastilah ada sesuatu lainnya yang kita korbankan Artinya, bila suatu saat kita berpihak pada setan, yaitu dengan melaksanakan himbauannya, maka pada saat itu yang kita korbankan adalah Tuhan (karena pada waktu itu segala perin- tah-Nya kita cuekin). Sebaliknya bila kita berpihak kepada Tuhan, maka setanlah korbannya (karena bisikannya tidak kita laksanakan). 



Tampaknya persoalannya kini mernjadi sederhana siapa yang akan kita korbankan, Tuhan atau setan? Hai manusia, sesungguhnya janji Allah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali Janganlah setan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Faathir (35):5)
Alumni Universitas Islam Negeri Lampung.
You may want to read this post:
You may want to read this post: