"Kesadaran" akan hal ini
akan dapat memotivasi, bahwa kehidupan di dunia pada
hakikatnya adalah semata-mata karena untuk mengumpulkan
pahala, yaitu dengan jalan taat dan patuh melaksanakan
"aturan main" yang ditentukan AIlah dan Rasulullah, yang
antara lain:
- Mendirikan shalat,
- Berserah diri,
- Sabar waktu ditimpa musibah atau sabar waktu diperlakukan zalim oleh orang,
- Meninggalkan perbantahan sedangkan kita merasa benar,
- Berlaku baik kepada orang,
- Menolong orang yang sedang kesusahan,
- Tidak iri hati / dengki,
- Tidak takabur / sombong,
- Tidak riya atau pamer,
- Membantu dalam pekerjaan keluarga,
- Tidak menyakiti hati orang,
- Tidak memutuskan persaudaraan,
- Menjauhkan diri dari sikap amarah,
- Berlaku bijaksana waktu disakiti orang,
- Selalu memohon ampun bila terianjur melakukan pembangkangan,
- Tidak bergunjing atau membicarakan aib orang,
- Tidak berburuk sangka,
- Tidak berlaku zalim ( baik itu zalim tindakan, ucapan atau pun pikiran ),
- Selalu senyum,
- Memaafkan orang yang menganiayai kita,
- Selalu ingat Allah (di waktu duduk, berjalan maupun berbaring),
- Mendamaikan permusuhan,
- Memuliakan tamu,
- Memenuhi undangan,
- Menjenguk yang sakit,
- Mengajak orang ke jalan Allah,
- Memenuhi janji,
- Berlaku baik terhadap tetangga,
- Mengeluarkan zakat atau sedekah,
- Tidak kikir,
- Menjaga kebersihan,
- Mendoakan orang tua,
- Tidak durthaka ke pada orang tua,
- Berlaku lemah lembut kepada pembantu,
- Mengantarkan jenazah,
- Menuntut ilmu,
- Mengamalkan ilmu,
- Menyantuni anak yatim,
- Bersyukur bila menerima nikmat-Nya, Melaksanakan haji,
- Tidak melakukan syirik,
- Bekerja, dan lain-lain sebagainya.
Untuk dapat memudahkan taat pada aturan main yang dibuat
Allah dan Rasulullah saw., Kita harus memiliki fundamen
29
fundamen yang mantap, yaitu berupa pengetian yang mendalam mengenai konsepsi-konsepsi Allah tentang manusia. Jangan
mengharapkan pengertian ini datang secara instant, karena pengertian ini hanya akan dikuasai setelah melalui proses pencarian yang sungguh-sungguh [Al-isra:19).
Bila kita tidak pernah
"menghidupkan" proses ini, maka kita tidak akan dapat mengerti secara haqul yaqin konsepsi-konsepsi Allah terhadan
manusia. Semakin dini proses ini dihidupkan, maka semakin
lengkap dan dalam pengertian yang akan diperoleh. Oleh karena
itu, bila kita mulai "menghidupkan" proses ini di usia 60-an misalnya, maka dengan sisa umur sekian, akan sedikit sekali
pengertian yang dapat diperoleh. Dan hal ini berarti semakin sulit
pula kita dapat taat pada keinginan-keinginan-Nya.
Fakta sejarah menunjukan, potensi untuk insyaf paling kuat
terdapat pada usia muda, bukan pada usia lanjut. Pemeluk
dan pengikut setia para nabi pun pada awalnya adalah para
pemuda.
Tatkala nabi Musa as. mengajak kaumnya untuk
menyembah Allah, maka hanya para pemuda sajalah yang mau
mengikuti seruannya Munus:83].
Begitu juga pada tahun-tahun
pertama Rasulullah saw. menyampaikan risalah Islamnya, para
pemudalah yang lebih dulu menyambutnya. Pemuda-pemuda itu
antara lain Umar bin Khatab, Sa'ad bin Äbi Waqash, Mua'dz bin
Jabal, Abdullah bin Mash'ud, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair bin
Awwam, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain yang rata-rata baru menginjak usia 20 tahun. Adapun Abu Bakar Ash-Shiddiq saat ia
memutuskan untuk menjadi pengikut nabi Muhammad saw. usianya
belum mencapai 40 tahun.
Demikian pula ketika masyarakat
keranjingan menyembah berhala, tampil pula pemuda ibrahim
yang menghancurkan berhala yang mereka sembah [Al-Anbiyaa:601.
Kita pun mengenal sikap teguh para pemuda yang menentang
kompromi antara kebatilan dan kebenaran dalam kisah para
penghuni gua (ashabul kahfi); yang pada akhirnya mereka
ditidurkan Allah selama 309 tahun [A-Kahf:25],
Begitu juga para
nabi seperti nabi Muhammad saw., Yusuf as., Isa as., dan lain
lainnya; mereka menjadi nabi dalam usia muda.
Hal ini semua
menunjukan bahwa potensi untuk insyaf itu boleh jadi paling kuat
terdapat pada usia muda, bukan setelah tua. Sungguh benar
ungkapan bijak yang mengatakan,
"Bila seseorang telah mencapai usia 40 tahun namun belum juga memutuskan untuk
mempelajari lslam, niscaya ia akan mengalami kesulitan yang
luar biasa untuk dapat menjadi Muslim yang baik."