Download Aplikasi SantriLampung.
You may want to read this post:
You may want to read this post:

Segala Puji bagi Allah itu Empat



Seorang bocah piatu, pada suatu malam, tertidur dengan kitab Durorul Bahiyyah di sampingya. Ia merupakan anak desa yang miskin, berasal dari keluarga Broken Home, ditinggal mati ibunya saat belum sekolah, ayahnya hanya buruh sipil mingguan. Nasib pendidikannya terbengkalai... Bekalnya adalah harapan dan cita-cita. Semangatnya untuk maju dan meletuplah yang membawanya terdampar di sebuah majlis, tempat para aktivis berpeluh.


Namanya Kholis. Ia hidup bersama mamasnya. Susah senang bersama. Lapar bersama. Makan bersama. Malam itu, ia mengungkapkan permintaan yang tak seperti biasanya.


“Mas, aku ingin ngaji” katanya pada suatu malam kepada mamasnya, Kholil.


“Ayo, kita ngaji bersama” jawab Kholil dengan pandang kasih sayang. “Kita dari yang paling dasar saja: kitab Durorul Bahiyyah” jawab Kholil lagi menganjurkan mengkaji karya Al-Imam Asy-Syaukani (1759–1834 M), kitab sederhana dan ringkas yang membahas tentang permasalahan fiqih.


Malam itu juga, pengajian secara sistem sorogan dimulai. Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa Jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau ustadz yang menjadi asisten kyai. Dalam metode sorogan, murid membaca kitab kuning dan memberi makna sementara guru mendengarkan sambil memberi catatan, komentar, atau bimbingan bila diperlukan.


Kholil mengawali ngajinya dengan menghadiahkan fatihah kepada sang penyusun kitab. Ini merupakan metode belajar salafiyyah. Kholis menyimak dengan seksama dan mengartikan apa yang dikatakan Kholil.


Sebelum pembukaan, tulisan pertama dalam kitab tersebut adalah penggalan sabda Baginda Nabi Muhammad saw: “Tuntutlah ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang lain”.


Pada bagian pembukaan, Kholil menjelaskan tentang kata Al-Hamd (puji) yang mengawali risalah kecil itu. Bahwa segala puji milik Allah, Tuhan sekalian alam.


“Puji itu ada 4 macam:

Pertama, Qodim ala al-Qodim:

Pujian Allah kepada Allah sendiri. Contohnya banyak kita jumpai di Al-qu’an, semisal:  Sesungguhnya Aku lebih tahu apa yang tidak kalian ketahui” (Qs. Al Baqarah: 30).”  terang kholil menjelaskan.


Kedua, Qodim ala al-hadits :

Pujian Allah kepada mahluknya. Contohnya:  "Wa innaka la’ala khuluqin ‘adzim; Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar di atas budi pekerti yang luhur”(Qs. Al Qolam : 4).”  lanjut kholil sambil menyalakan rokok yang sudah di tangannya.


“Bisa dipahami sampai sini, ya?” tanya kholil.


“Iya, paham-paham” jawab Kholis. Kholil melanjutkan setelah menyedot asap yang begitu dalam.


Ke tiga, Hadits ala Qodim:

Pujian mahluk kepada Allah.

Sebagai umat Islam tentunya harus sering melakukan ini. Semisal ucapan kita  “Ya Allah...Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyayang”.


Lalu yang keempat, Hadits ala hadits: Pujian mahluk kepada mahluk lainnya, seperti ucapan kita kepada kerabat kita “Kamu baik banget” atau semisal “Tambah cantik kamu sekarang” atau mungkin “Indah sekali pelanginya” dan sebagainya.”terang kholil. Kholis memaknai sambil mencatat yang sekiranya penting. Kholil melanjutkan.


“Dan segala puji di atas hanyalah milik Allah. Qodim ala al-Qodim, hadits ala al-Qodim milik Allah karena memang jelas pujian tersebut teruntuk Allah. Qodim ala Hadits, Hadits ala al-Hadits juga milik Allah karena dengan memuji suatu karya berarti memuji penciptanya. Bila kita mengatakan “Keren ini lukisan” maka hakikatnya kita memuji seniman yang telah membuat lukisan tersebut. Paham, kau, lisss?”


“Iya. Berarti semua pujian itu hakekatnya kembali kepada-Nya? Masya Allah, saya baru tahu” jawab kholis dengan penuh kepolosan.


“Itulah pentingngnya mengaji, kita jadi tahu apa yang sebelumnya belum kita tahu” jawab kholil. Kholis mangguk-mangguk kepalanya, pertanda ia menerima apa yang disampaikan. Kholil kembali melanjutkan.


“Yang menarik, di sini adalah pujian Allah kepada Nabiyyuna Muhammad saw yang telah tersebut di atas: wa innaka la’ala khuluqin ‘adzim. Pada Ayat tersebut sangat nampak betapa Allah bersungguh-sungguh dalam memuji mahluk-Nya yang bernama Muhammad, mengukuhkan pujian dengan kata Inna (sesungguhnya). Tidak hanya Inna, bahkan Allah menambah huruf pengukuh lain yaitu lam yang artinya “benar-benar”. Dua huruf pengukuhan dalam satu kalimat ini menunjukkan bahwa lafadl yang setelahnya disebutkan merupakan hal yang nyata adanya. Allah juga menggunakan perangkat I’rob Jer berupa ala (di atas). Ini menunjukkan bahwa sesuatu dari Muhammad berada di atas di bandingkan mahluk-mahluk lain. Nah, yang berada di atas apa? Yang berada di atas adalah Ahlak yang luhur. Lafadl “khuluqun” merupakan jama’ dari lafadl “ahlakun”. Jelas sudah betapa Allah bersungguh-sungguh memuji Nabi Muhammad SAW. Maka seyogyanya kita sebagai umat dari Nabi Muhammad yang menghamba kepada Allah memuji beliau, mencintai beliau dan meneladani beliau dalam kehidupan sehari-hari.” terang kholil penuh cinta panjang lebar.


kholil berhenti sebentar untuk memberikan kesempatan kholis berpikir dan mencerna, selain karena rokok yang ada di tangan kiri juga lama tak disedotnya. “Fhhhhhhuuuuuhhhh……” asap tebal menyebar kelangit. Lalu, kopi hitam yang sudah sedari awal disiapkan kholis di mejanya diteguk secara perlahan.


“sampai disini Jelas?” tanya kholil.


“Jelas” jawab kholis.


“Oke, baguslah. Untuk sementara, ngaji kita cukupkan sampai disini dulu. Tadi ada beberapa makna yang aku lupa, karena sudah lama tak buka kitab. Tak ada sah-sahan(artian)nya lagi. Kita lanjutkan besok saja”


“Iya, siap” jawab kholis.


“Sekarang, kamu baca lagi kitab sekaligus artinya, lalu catat dalam buku diari. Kalau dapat ilmu itu dicatat. Soalnya, ada yang mengibaratkan seperti barang gembalaan, kalau tidak dicatat, bisa kabur itu ilmu”


”Iya, akan saya catat dan pelajari kembali pelajaran kali ini.”jawab Kholis dengan penuh semangat yang menggelora. Kemudian ngaji perdana tersebut ditutup dengan bacaan fatihah.


Kini waktu di jam dinding sudah menunjukkan pukul 00:22 WIB, dan kholis sudah tergeletak dengan kitab disampingnya, yang sedari selesai ngaji pukul 21:00 WIB sampai larut tiba, ia menelaahnya kembali.






Akhirnya ... Semoga Kholil dan Kholis dibahagiakan oleh Allah serta dirahmati dan diteguhkan kecintaannya pada ilmu dan dikokohkan ketaqwaannya. Begitu juga dengan yang baca ini. Aamiin Allahumma aamiin.

Alumni Universitas Islam Negeri Lampung.
You may want to read this post:
You may want to read this post: