Bohong adalah pernyataan yang salah dibuat oleh seseorang dengan tujuan pendengar percaya. berbohong tidak selalu berupa kata-kata, tetapi bisa juga dalam bentuk tindakan. Orang yang berbicara bohong dan terutama orang yang mempunyai kebiasaan berbohong di sebut pembohong.
Bercanda atau bersenda gurau adalah salah satu bumbu dalam pergaulan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Bercanda terkadang diperlukan untuk menghilangkan kejenuhan, kebosaan dan menciptakan keakraban, namun tentunya bila disajikan dengan bagus sesuai porsinya dan melihat kondisi yang ada. Sebab, setiap tempat dan suasana memang ada bahasa yang tepat untuk diutarakan.
Perlu di ingat sahabat bacaan madani. Apabila bercanda atau sendau gurau ini tidak dikemas dengan baik dan menabrak norma-norma agama, bisa jadi akan menimbulkan bibit permusuhan, sakit hati dan dendam. Pada dasarnya, bercanda hukumnya boleh, asalkan tidak keluar dari batasan-batasan syariat.
Sebab, Islam tidak melarang sesuatu yang bermanfaat dan dibutuhkan oleh manusia sebagai mana Islam melarang hal-hal yang membahayakan dan tidak diperlukan oleh manusia.
Ibnu Mas’ud ra berkata :
“Bergaullah kamu dengan manusia (namun) agamamu jangan kamu lukai.” (HR. Bukhari)
Rasulullah Saw dan Para Sahabat juga bercanda. Sebagai manusia biasa, kadang kala Rasulullah Saw juga bercanda. Rasulullah Saw sering mengajak istri, dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat mereka gembira.
Akan tetapi canda Rasulullah Saw tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya. Bila tertawa, Rasulullah Saw tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula, meski dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar.
Dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha:
"Aku belum pernah melihat Rasulullah Saw tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum."(HR. Bukhari dan Muslim)
Akan tetapi Rasulullah Saw menegaskan bahwa celakah orang berdusta disaat bercanda atau bersenda gurau demi membuat orang lain tertawa. Rasulullah Saw bersabda,
وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud no. 4990 dan Tirmidzi no. 3315)
Ia celaka karna dusta sendiri adalah pokok segala kejelekan dan cela, sehingga apabila digabungkan dengan hal yg mengundang tawa yang bisa mematikan hati, mendatangkan kelalaian, dan menyebabkan kedunguan, tentu hal ini lebih buruk. (Faidhul Qadir 6/477)
Dusta atau berbohong dalam bercanda dilarang oleh Allah Swt sebagaimana dusta yang sesungguhnya.
di samping itu kita pun harus paham betul manakah yang menimbulkan kejelekan sehingga kita tidak keliru berbicara. Kita harus tahu apakah bercanda atau perkataan kita termasuk dalam bagian dosa atau tidak? Bila kita telah tahu , tentunya kita bersegera untuk meninggalkannya.
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra :
"Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Banyak manusia yang kurang perhatian dan cenderung meremehkan dalam berbicara. Bahkan ironinya, sebagian mereka justru telah terbiasa menggunakan lisannya untuk mencela dan mencaci maki manusia, berdusta, ghibah (menggunjing, atau mengadu domba, berdebat tanpa hikmah, bercanda berlebihan, bersaksi palsu dan lain sebagainya.
Pesan Rasulullah Saw kepada kita sebagai umatnya melalui sabdanya,
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)