Download Aplikasi SantriLampung.
You may want to read this post:
You may want to read this post:

Salamatus Shadr



Salamatus shadr berasal dari bahasa arab yakni salamun yang berarti selamat; keselamatan bisa juga berarti kelapangan dan shodrun artinya dada atau hati. Selanjutnya Salamatusshadr dapat di artikan keselamatan hati atau kelapangan dada. Dalam kajian ilmu Islam salamatus shadr merupakan bagian pertama atau tingkat pertama dalam ukhuwah (konsep persaudaraan). 








Sebagai ummat Islam kita tahu bahwa sesama muslim adalah saudara dan kita hidup ditengah masyarakat tidak lepas dari yang namanya pergaulan sebab pergaulan merupakan cara untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.








Tidak ada mahluk yang sempurna seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Milyaran lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya.








Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan. Ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang. Tafahum atau memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. 








Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,”Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya.” Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku (akhlakul majmumah). Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.  Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya.








Sudah barang tentu setiap kita menginginkan pergaulan yang dibangun ditengah masyarakat tetap  terjaga, terkonsep dengan baik untuk selama-lamanya. Sehingga tercapailah keseimbangan, keselarasan dalam bermasyarakat. Untuk  mencapai tujuan itu, pergaulan harus dibaluti dengan konsep ukhuwah berikut ini :








Konsep Pertama Sebagai ummat islam kita harus menjaga hati, hati yang baik akan membawa diri kepada hal-hal yang baik. Kemudian kita harus menjaga lisan dalam pergaulan dari meng-ghibah, namimah, bergunjing, mencela/mengejek, dan perbuatan lisan lain yang dapat mencederai ukhuwah. Kemudian memelihara perbuatan kita sehari-hari dengan mengedepankan akhlakul karimah sebagaimana yang telah rosulullah ajarkan kepada kita. 








Konsep Kedua kita sebagai muslim harus mencintai sesama muslim seperti mencintai diri sendiri. Ummat Islam diibaratkan satu bangunan atau satu tubuh, dimana ketika ada bagian tubuh yang sakit semuanya pun akan ikut merasakan sakit, dengan rasa cintalah sakit diperhatikan untuk mendapatkan kesembuhan. Dengan menanamkan konsep kedua ini akan timbul kepedulian dan solidaritas yang tinggi terhadap sesama muslim.








Konsep Ketiga harus berani Mendahulukan saudaranya atas diri sendiri atau yang dikenal (iitsar) konsep ketiga ini adalah konsep ukhuwah level tertinggi, dimana kita harus mengorbankan atau merelakan sesuatu yang benar-benar sangat kita butuhkan sementara disaat yang bersamaan ada orang lain yang juga sangat membutuhkannya. Contoh kasus : Mas Muluk memiliki 1 buah roti sedang ia dalam keadaan yang sangat lapar, sementara adalah seorang yang benama Ika juga sangat lapar dan meminta roti milik mas muluk, karena mas muluk tingkat ukhuwahnya sudah mencapai ditingkat itsar ia pun merelakan roti itu untuk Ika meskipun ia harus mengganjal perutnya dengan batu sampai ia mendapatkan makanan kembali makanan.








oleh : Kholil Khoirul Muluk

Alumni Universitas Islam Negeri Lampung.
You may want to read this post:
You may want to read this post: