Hal ini penting untuk diketahui, karena Allah dalam Al Qur'an telah jelas-jelas menegaskan bahwa setan itu adalah
musuh nyata bagi manusia yang harus senantiasa dijadikan
musuh (Lihat : Faathir:6, Al-Baqarah:168,208, dan Yusuf:5).
Kita jelas tidak mungkin
dapat sukses mengalahkan setan bila kita tidak mengetahui keberadaan dan kemampuan musuh kita itu.
Pemahaman mengenai apa dan siapa setan itu, tidak dapat
lepas dari makhluk Tuhan yang disebut iblis. Al-Qur'an menjelaskan, iblis itu adalah makhluk Tuhan yang kafir dari golongan jin
yang membangkang pada Tuhan (Lihat : Al-Kahfi:50, Al-Baqarah:34).
Ia
telah bersumpah akan menyesatkan turunan Adam sampai hari
kiamat nanti.
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah
menghukum aku tersesat, aku benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari
jalan Engkau yang lurus". (Al-A'raaf (7):16). Iblis menjawab:"Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan
mereka semuanya." (Shaad (38):82). Pelaksanaan niat iblis inilah yang disebut dengan setan. Jadi
dengan demikian, setan itu adalah segala sesuatu yang tersitat menghasut manusia agar membangkang pada
aturan main Tuhan [An-Nuur (24):21]. Dan setan ini, dapat berupa
bangsa jin atau pun bangsa manusia. Lihatlah penjelasannya
dalam AI-Qur'an antara lain pada surat : Al-An'aam (6):112, An-Naas
(114):4-5, Al-Baqarah (2):14.
Dengan demikian, setan dapat diartikan sebagai provokator
bangsa jin dan manusia yang menghasut agar manusia membangkang pada perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya.
BacaJuga : 9 Iblis Penggoda Manusia
Dari sini
kiranya dapat dipahami, nafsu yang ada di dalam diri manusia
bila ia menghasut agar membangkang pada kehendak Allah maka ini juga dapat diartikan sebagai setan. Keberadaan syetan dalam diri manusia ini ditegaskan oleh Rasulullah saw. dalam
hadits yang dirawikan oleh lbnu Jauzy & lbnu Abdurrahman
Salmi berikut:
"Tak seorang pun di antara kíta
yang tidak disertai setan, aku sendiri pun
demikian tetapi sesungguhnya Allah telah
menolongku menghadapi setanku itu
sehingga dia aku kalahkan."
Kemampuan / kekuasaan setan terhadap manusia jelaslah hanya
sebatas menghasut saja. Setan tidak punya kemampuan
untuk memaksa manusia supaya menuruti apa yang dibisikkannya. la benar-benar hanya sebagai provokator saja yang
hanya bisa sekedar menghimbau, selanjutnya terserah manusia
itu sendiri, apakah mau mengikuti himbauan / bisikannya itu, atau
menolaknya.
Manusia benar-benar makhluk yang merdeka dalam menentukan pilihannya.
sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. (An-Nuur (24):21) Dan berkatalah setan tatkala perkara
(hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya
Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang
benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu
tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada
kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah
kamu mencerca aku, akan tetapi
cercalah dirimu sendiri." (Ibrahim (14):22)
(Bujukan orang-orang munafik itu adalah)
seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada
manusia, "Kafirlah kamu." Maka tatkala manusia manusia
itu telah kafir setan berkata, "Sesungguhnya aku
berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah." (Al-Hasyr (59):16)
Dan katakanlah :"Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan
setan. Dan aku berlindung (pula) kepada
Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan
mereka kepadaku." (Al-Mu'minun (23):97, 98)
Dengan demikian, kita tidak bisa lagi menimpakan kesalahan kepada setan bila ada orang yang ngantuk pada waktu mengaji.
atau pun enggan mengikuti pengajian. Begitu juga, kita tidak
dapat mengalihkan tanggung jawab kepada setan bila ada
seorang anak membunuh orang tuanya. Ini semua adalah kesalahan manusia itu sendiri mengapa ia rela mengikuti himbauan
Setan. Bukankah manusia adalah makhluk yang merdeka untuk
memilih?
Bila kita menyadari benar apa yang dapat dilakukan setan kepada kita, serta bagaimana cara-caranya dalam menyesatkan
manusia, maka kita dapat selalu memasang kuda-kuda untuk
mengantisipasi serangannya. Dan dengan keyakinan yang kuat
bahwa manusia memang selalu digoda oleh setan, maka insya
Allah kita akan mampu mengatasi godaan tersebut.
Ingatlah
kisah nabi Yusuf yang digoda oleh setan yang berwujud istri
pembesar Mesir (Zulaikha): "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku
sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku." (Yusuf (12):33) Tentunya sikap yang ditunjukkan oleh nabi Yusuf itu bukan
lantaran ia tidak berminat dengan kecantikan yang dimiliki Zulaikha. Tetapi penolakan itu karena nabi Yusuf sadar benar
adanya himbauan dari setan agar ia melanggar aturan main-Nya.
Setan dari bangsa jin terutama sekali menyesatkan manusia
lewat perbuatan syirik. Inilah sebenarnya perbuatan yang paling
digemari setan. Karena, inilah satu-satunya perbuatan dosa yang
dilakukan anak Adam yang tidak akan diampuni oleh Allah.
Mungkin salah satu kiat untuk menghadapi setan baik itu setan
yang berasal dari bangsa manusia atau jin, maupun setan yang merupakan penjelmaan nafsu jelek yang ada dalam diri adalah dengan menyadari dan menerapkan hukum universal
yang
sangat sederhana, yaitu : "bila kita berpihak pada sesuatu,
maka pastilah ada sesuatu lainnya yang kita korbankan
Artinya, bila suatu saat kita berpihak pada setan, yaitu dengan
melaksanakan himbauannya, maka pada saat itu yang kita
korbankan adalah Tuhan (karena pada waktu itu segala perin-
tah-Nya kita cuekin). Sebaliknya bila kita berpihak kepada
Tuhan, maka setanlah korbannya (karena bisikannya tidak kita
laksanakan).
Tampaknya persoalannya kini mernjadi sederhana
siapa yang akan kita korbankan, Tuhan atau setan?
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah
benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan
dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali
Janganlah setan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Faathir (35):5)