Download Aplikasi SantriLampung.
You may want to read this post:
You may want to read this post:

Binatang Idaman Nabi

 


Pernahkah kita memperhatikan tiga binatang kecil yatu semut, laba-laba dan lebah? Mungkin kita sependapat bah wa di antara ketiganya semut lah yang paling rajin menghimpun makanan. la menghabiskan waktu-waktunya hanya untuk me ngumpulkan makanan, sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Semut ini cenderung menghimpun makanan untuk persediaan bertahun-tahun, walaupun disadarinya usianya sendiri tidak lebih dari satu tahun. Ketamakannya sedemikian besarnya, sehingga tak jarang kita melihat semut yang berusaha memikul sesuatu yang jauh lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu itu se benarnya tidak berguna baginya. 





Lain lagi halnya dengan laba-laba. Mungkin tidak ada binatang yang lebih mengerikan daripada laba-laba. Sarangnya, walaupun lemah, jelas bukan tempat yang aman bagi makhluk lain. Apa pun yang berlindung atau terjaring disana pasti akan disergap nya dengan tak kenal ampun. Bukan itu saja. Jantannya sendiri selepas berhubungan, selalu dibunuh oleh betinanya. Bahkan telurnya yang menetas pun selalu saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan antar sesamanya. 





Bagaimana dengan lebah? Lebah sangat disiplin dan mengenal pembagian kerja yang sangat baik. Sarangnya dibangun ber bentuk segi enam, yang telah terbukti sangat ekonomis dan kuat dibandingkan bila segi empat atau lima. Dan lagi sarangnya selalu terjaga dari benda-benda yang tidak berguna. Yang di makannya pun adalah sari kembang-kembang yang kemudian diolahnya menjadi madu dan lilin yang sangat bermanfaat untuk manusia. Lebah tidak mengganggu bila tidak digangggu. Sengat nya hanya dikeluarkan bila ia merasa terancam saja. Dan sengatannya itu pun ternyata dapat menjadi obat bagi penyakit penyakit tertentu. 





Sikap hidup manusia seringkali diibaratkan dengan semut, laba laba atau lebah. Manusia yang berbudaya semut, senang meng himpun dan menumpuk sesuatu yang tidak dinikmatinya. la menggali imu tetapi tidak mengolahnya lebih lanjut sehingga jiwanya tetap saja kering. la menumpuk-numpuk harta ton mengerti makna harta itu sendiri sehingga ia tetap saja seolah. olah fakir. Aji mumpung adalah andalan ilmunya. Sedanakan manusia yang berbudaya laba-laba tidak lagi butuh berpikir ana di mana, dan kapan ia makan; tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa hari ini yang akan mereka makan. Sebaliknva manusia yang berbudaya lebah tidak mengganggu, apalaai merusak. Tidak makan kecuali yang baik. Tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat. Dan jika dirinya menimpa sesuatu. tidak akan menyebabkan kerusakan.





Dalam masyarakat kita banyak sekali terlihat semut yang berkeliaran dan laba-laba yang selalu siap mencaplok. Sedang kan lebah sudah sangat sulit kita temui. 





Nabi kita yang mulia, Muhammad Rasulullah saw., pernah beramanat bahwa seorang Mukmin itu hendaknya seperti lebah. Namun nampaknya kita lebih suka menambah jumlah semut, atau bahkan laba-laba Masha Allah!! ketimbang berpartisipasi memperbanyak populasi lebah. Memang menjadi minoritas yang berkualitas itu tidaklah mudah.  





Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu (An-Nahl (16):66)



Alumni Universitas Islam Negeri Lampung.
You may want to read this post:
You may want to read this post: