Murah hati (dermawan) dalam hal materi ataupun moril merupakan bagian dari akhlak yang terpuji, setiap muslim di anjurkan untuk memiliki sifat ini karena memiliki keutamaan yang besar.
Dari Aisah ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Orang pemurah itu dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang bodoh yang murah hati lebih disukai Allah Swt. daripada orang alim tapi kikir.”
Diceritakan bahwa Bahram adalah seorang Majusi. Abdullah Ibnul Mubarak berkata, “Aku pergi haji pada suatu tahun. Ketika berada di Hijir Ismail, aku tertidur, kulihat dalam mimpi Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila engkau pulang ke Baghdad, mampirlah di tempat begini dan begini, carilah Bahram orang Majusi, sampaikanlah salamku, dan katakan bahwa Allah ridha kepadanya.”
Aku terbangun dan mengucapkan, “Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Suci dan Agung. Ini adalah mimpi setan.”
Aku berwudhu, shalat, lalu bertawaf keliling Kakbah. Aku tertidur dan kulihat lagi kejadian itu dalam tidur tiga kali.
Seusai mengerjakan haji dan kembali ke Baghdad, kucari tempat dan rumah itu, kutemukan seorang tua lalu kukatakan,
“Apakah engkau Bahram orang Majusi?” Ia menjawab, “Benar.”
“Apa engkau punya kebaikan di sisi Allah?” Bahram menjawab, “Ya. Aku mempunyai empat putri dan empat putra, kukawinkan putri-putriku dengan putra-putraku. Aku berkata, “Ini adalah haram, apa engkau punya kebaikan selain itu?”
Bahram menjawab, “Ya. Aku mengadakan walimah bagi orang Majusi di waktu menganwinkan putri-putriku.”
Aku berkata, “Ini juga haram, apa engkau punya selain itu?” Bahram menjawab, “Ya. Aku mempunyai seorang putri yang paling baik dan cantik dan aku tidak mendapatkan jodoh yang sepadan dengannya, kukawinkan dia dengan diriku dan kuadakan walimah pada malam itu dengan undangan lebih dari seribu orang Majusi. Itu malam pertama aku bersetubuh dengan putriku.”
Aku berkata, “Ini juga haram.”
“Apakah engkau punya selain itu?” Bahram menjawab, “Ya.”
“Pada malam aku bersetubuh dengan putriku, datang seorang perempuan muslimah yang minta lampu dariku, kuberikan lampu kepadanya. Ia pulang dan memadamkannya.”
“Perempuan itu datang ketiga kali, kunyalakan lampu, kemudian dipadamkannya.”
Aku berkata dalam hatiku, “Barangkali ini mata-mata pencuri. Aku keluar mengikuti, ia masuk ke rumah menemui putri-putrinya. Ketika masuk, anak-anaknya bertanya, “Wahai ibu, apakah engkau membawa makanan bagi kami, kami tidak tahan lapar.”
Berlinanglah air mata ibu dan berkata, “Aku malu kepada Tuhanku untuk memeinta kepada seseorang selain daripada-Nya, khususnya dari musuh Allah, yaitu orang Majusi.”
Bahram berkata, “Tatkala aku mendengar omongannya, aku pulang ke rumah mengambil piring serta mengisinya dengan macam-macam makanan. Aku pergi sendiri ke rumahnya.”
Abdullah Ibnul Mubarak berkata, “Ini adalah kebaikan dan ada kabar gembira bagimu.”
“Kuberitakan kepadanya tentang mimpi berjumpa dengan Rasulullah, kuceritakan kepadanya mimpi itu.”
Bahram mengucapkan dua kalimat syahadat lalu ia pun rebah dan mati seketika itu.
Aku tidak meninggalkan Bahram, hingga aku memandikan, mengafani, menyalati, dan menguburkannya.
Abdullah Ibnu Mubarak berkaata, “Hai hamba-hamba Allah, bermurah hatilah terhadap makhluk Allah dengan sebaik-baiknya, karena ia bisa mengubah musuh menjadi kekasih.”